Saturday, October 4, 2014

Amarah, Nyaris Murka

Rasa ku tiada aksara sanggup ungkapkan hening yang ku rasa. Aku bangun saat fajar telah singsing, tiada gairah, kerap terlambat. Seketika kampus perjuangan yang orang damba tidak lebih dari bangunan reyot termakan umur yang dalamnya penuh kemunafikan. Seketika langkahku yang dulu semangat melanglang itari 'rumah kedua' ini menjadi lelah tak tertahankan. 

Tiada nyawa yang paham laras hati ku kala ini. Mereka anggap aku luar biasa, energik, penuh suka cita. Tiada nyawa yang paham berat beban yang ku pikul kala ini. Mereka anggap hidup ku lapang-lapang saja. Persetan dengan sahabat, kapan mereka tanya? Tanya tapi tak dengar, sungguh ku tak gila formalitas, tak haus belas kasih. Mencoba terlihat peduli padahal tak lebih dari egoisme tak tersadari. Bukan aku pamrih, tapi begitu adanya, kalian yang tak sadar.

atau sadar tapi tak empati. 

No comments:

Post a Comment